Sat Gultor Kopassus Anti Teroris |
mulai kelihatan taji Purnomo di Kementerian Pertahanan, dan alokasi sosok sekaliber dia yang ditempatkan oleh Presiden SBY untuk mengemudikan Kemhan yang sempat dijuluki SBY sebagai Departemen Bobo (Boros dan Bobrok) dinilai tepat waktu dan tepat guna.
Taji itu diperlihatkan Purnomo ketika konflik border Indonesia- Malaysia memanas pekan-pekan terakhir ini. Dia buat statemen yang membuat baris berbaris kita berubah menjadi langkah tegap. Betapa tidak, dia secara gamblang mengatakan bahwa sesungguhnya TNI kita siap berperang dengan Malaysia kapanpun, TNI adalah yang terkuat di ASEAN bahkan TNI AD memiliki pasukan dengan semangat tempur tinggi dan alutsista modern.
Leadership sesungguhnya begitu. Kalau ada negara lain memprovokasi, harus dijawab dengan ketegasan cara pandang dan sikap. Cara pandang Purnomo mencerminkan ketegasan dan tak kalah gertak dan statemen dia mampu membangkitkan semangat prajurit dan rakyat yang cinta tanah airnya. Itulah (barangkali) yang membuat SBY memandang sikap Purnomo memang cocok memimpin Kemhan yang warganya semuanya punya senjata.
Menjelang proklamasi kemerdekaan RI ke 65 barusan, tepat sehari sebelumnya, beliau bersama jajaran Kemhan meresmikan peluncuran program pembuatan kapal perusak kawal setara Light Fregat. Ini adalah kapal perang berukuran besar setara dengan Lafayette milik Singapura. Yang membanggakan tentu saja pembuatan kapal itu dilakukan di dok PAL Surabaya kerjasama dengan Schelde Belanda. Sesuai rencana akan dibuat 10 PKR untuk memperkuat armada tempur TNI AL.
Tahun ini juga direncanakan akan diproklamirkan pembuatan kapal selam di Indonesia, juga di PAL kerjasama dengan Jerman atau Korsel. Kalau melihat bentuk kerjasama ini dapat dipastikan jumlah kapal selam yang akan dibuat paling sedikit 4 biji sebagai syarat alih teknologi. Biasanya Korsel tidak pelit untuk yang satu ini, terbukti dengan pembuatan 4 LPD, 2 di Korsel dan 2 di PAL.
Yang juga tak kalah spektakuler adalah kerjasama pengembangan dan pembuatan pesawat tempur generasi 4.5 dengan Korsel. Kerjasama ini mendapat perhatian serius dari jiran Malaysia yang merasa “terpukul” atas pernikahan KFX antara Indonesia dan Korsel, sebab sebelumnya Malaysia juga berminat tapi Korsel lebih memilih Indonesia karena sudah tersedia infrastruktur sumber daya di PT DI.
Surabaya juga telah ditetapkan sebagai areal produksi alutsista TNI berskala besar. PT PAL saat ini sibuk melakukan modernisasi persenjataan KRI, pembuatan puluhan kapal cepat rudal dan menyelesaikan 1 LPD terakhir dari 4 yang dipesan TNI. Order gede yang diperoleh tentu saja membanggakan dan sekaligus menghemat devisa, pemberdayaan industri Hankam dalam negeri. Pindad juga kebagian order menyelesaikan 154 Panser TNI AD, memproduksi artileri dan roket serta perawatan tank. Alutsista strategis kerjasama Lapan dan Pindad berupa rudal yang mampu mencapai jarak jangkau 300 km sudah on going project.
Dari semua prestasi itu tidak salah kalau kita menyebut Purnomo memang punya daya gempur yang gegap gempita untuk menjadikan TNI gagah perkasa, termasuk mengajak orang Kemhan bersikap kesatria untuk membangun industri hankam dalam negeri dan tak mudah terjebak rayuan makelar senjata luar negeri. Kalau memang belum mampu diproduksi di dalam negeri tak mengapa beli di LN seperti Sukhoi, Super Tucano. Jika project KFX sudah jadi, tak perlu jua beli pesawat tempur lain karena KFX sudah mampu menggetarkan rantau ASEAN.