Komando Pendidikan Marinir (Kodikmar) Kobangdikal menggelar upacara tradisi pembaretan bagi 413 orang prajurit baru Korps Marinir yang disematkan langsung pemimpin tertinggi Korps Mariniryang diwakili Komandan Pasukan Marinir (Dan Pasmar) 1Surabaya Brigjen TNI Marinir Tommy Basari di Puslatpur Marinir Grati, Pasuruan (14/3). Upacara tradisi yang digelar dibibir pantai Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) Grati tesebut dihadiri para pejabat teras Korps yang berlambang ’Keris Samudra’ dari Jakarta maupun Surabaya, serta pejabat teras TNI AL Wilayah Timur, tampak hadir Wadan Kobangdikal Brigjen TNI Mar Prang Verry Kunto, G, SH, Dan Kodikopsla Laksma TNI Yayat Achmad Hadirat, M.Si (Han), Wagub AAL Laksma TNI Achmad Taufiqoerrochman M, Komandan Pasmar 2 Jakarta, KS Gartab III Surabaya Brigjen TNI Mar Chaidir Patonory, Dan Lantamal V Laksma TNI Atok Urahman, Dan Pusnerbal Laksma TNI Sugianto, serta pejabat lainnya. Dari 413 orang prajurit yang berhak memakai baret kebanggaan korps marini r tersebut, 24 orang diantaranya adalah Kadet (Taruna) Akademi Angkatan Laut (AAL) angkatan ke-58 dan 389 orang siswa Pendidikan Pertama Tamtama (Dikmata) TNI AL angkatan ke-31. Menurut Dankormar, upacara pembaretan ini adalah salah satu tradisi khas Korps Marinir yang mengandung makna penting dan bersejarah bagi setiap prajurit Korps Marinir. ”Setelah diresmikan pemakaian baret, seorang prajurit secara sah menjadi keluarga besar korps marinir, sekaligus memiliki kewajiban mutlak berprilaku dan bertindak sesuai landasan moral prajurit Korps marinir,” terang orang nomor satu Korps Baret Ungu ini. Bagi Kadet, lanjutnya, nilai-nilai moral tersebut harus sudah tercermin dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari di lembaga pendidikan AAL, sehingga dalam proses pembelajaran secara bertahap, karakter prajurit Korps Marinir sudah mulai terbentuk dan berkembang. Sementara bagi siswa Dikmata, lanjutnya, pemakaian baret Marinir adalah titik awal memulai proses pengabdian kepada negara dan bangsa melalui Korps Marinir TNI AL. ”Mulai saat ini, tumbuhkan dan pupuk kesadaran baru bahwa kalian sebaga i prajurit Marinir harus menjadi kebanggaan rakyat yang bisa diandalkan untuk menjaga kedaulatan dan keutuhan NKRI,” serunya. Tradisi pembaretan ini, imbuhnya memiliki makna historis, yakni merupakan bagian dari proses pembentukan karakter prajurit melalui tahapan pendidikan, pelatihan, pembinaan dan penanaman nilai-nilai luhur di ”Kawah Candradimuka” Kodikmar Kobangdikal, sehingga saat ini seluruh produk Candradimuka tersebut, telah menjadi sebuah korps yang besar dan mebanggakan. Sementara itu menurut Komandan Komando Pendidikan Marinir (Dankodikmar) Kolonel Marinir Hasanuddin, sebelum prajurit Marinir berhak mengenakan ”baret ungu”, mereka harus mengikuti Pendidikan Komando (Dikko) yang berlangsung 2 bulan terakhir dari 6,5 bulan pendidikan. ”Bagi prajurit Korps Marinir, Dikko wajib hukumnya untuk diikuti oleh calon-calon prajurit marinir. Setelah Dikko, mereka sah menjadi keluarga besar Korps Marinir sekaligus berhak mengenakan ’baret Ungu’ baret kebangggan Marinir,” terang mantan komandan Denmako Kobangdikal ini. Dikko yang dilaksanakan selama dua bulan ini, lanjutnya, sarat dengan ujian ketahanan mental, fisik dan intelegensia para peserta didik. Pendidikan Dikko Marinir memang dikenal keras dan tidak kenal kompromi. Ada enam tahapan berat yang harus dilewati untuk dapat menyelesaikan pendidikan guna mendapat kan baret ungu ini. tahap Laut menjadi ujian pertama yang harus dilalui, kemudian beranjak ke Tahap Komando, Tahap Hutan, Tahap Grilya Lawan Grirya (GLG, Tahap Pelolosan dan terakhir Tahap Lintas Medan dengan menempuh jarak 340 Km dari Bayuwangi menuju Surabaya dengan berjalan kaki memotong 4 pegunungan di Jawa Timur. (Pen Kobangdikal)
|
semakin banyak prajurit akan bagus untuk menjaga kedaulatan bangsa. perbanyak prajurit dan perbaharui alutsista dengan yg lebih moderen demi keutuhan NKRI merdeka
BalasHapussaya juga setuju dengan pendapat anda, MERDEKA!!!!.....
BalasHapus