- Back to Home »
-
-
Indonesia Segera Bangun Skuadron Pesawat Intai Tanpa Awak
Posted by : Unknown
Jumat, 12 Oktober 2012
INDONESIA memutuskan membangun satu skuadron pesawat terbang tanpa awak atau pesawat udara nir awak (PTTA/PUNA) yang sepenuhnya akan diproduksi di Indonesia dan dikerjakan oleh orang Indonesia. Demikian disampaikan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro usai menyaksikan uji coba pesawat Wulung, pesawat tanpa awak yang dirancang untuk memantau/mengintai perbatasan dan bencana, di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (11/10).
Presiden Susilo Bambang Yudhyono dan Ibu Negara yang baru mendarat dari kunjungan kerja di Yogyakarta pun turut menyaksikan lima jenis prototype PTTA/PUNA yang dipamerkan di sana. Keputusan memproduksi satu skuadron PTTA/PUNA inipun sudah disetujui oleh Presiden. "Bapak Presiden sudah mendukung tadi, sudah diputuskan pagi ini, satu skuadron pesawat udara nir awak akan berjalan di perbatasan," kata Purnomo.
Ada lima jenis PTTA/ PUNA yang dipamerkan, yakni Puna Alap-alap, Puna Gagak, Wulung PA5-100, Puna Pelatuk, dan Sriti.
Dengan bentangan sayap 6,36 meter, panjang 4,32 meter, tinggi 1,32 meter serta berat 120 kg pesawat PUNA dinilai efektif untuk misi pemotretan udara pada area yang sangat luas serta pengukuran karakteristik atmosfer. Pesawat tersebut merupakan hasil pengembangan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pertahanan, dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Pesawat terbang tanpa awak ini juga akan dipergunakan untuk kepentingan militer dalam pengamatan wilayah (surveillance). Fungsinya juga dapat menggantikan pesawat tempur tanpa awak Unmanned Combat Air Vehicle (UNCAV), serta dapat pula digunakan untuk kepentingan sipil seperti penanganan kebakaran hutan dan pembuatan hujan buatan.
Jika PTTA/PUNA produksi dalam negeri ini berhasil, maka akan membawa keuntungan diantaranya memiliki nilai ekonomis tinggi, mengurangi ketergantungan pada negara-negara produsen yang selama ini menjadi pemasok alat utama sistem senjata TNI, bersifat fleksibel dalam pengembangan, meningkatkan peran industri dalam negeri, serta dalam keadaan darurat dapat dioperasionalkan secara mandiri. "Tidak usah ada demo-demo (pesawat) lagi, jalan sekarang, langsung ke engineering manufacturing," kata Purnomo.