JAKARTA - Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro mengakui adanya selisih antara harga awal dan harga aktual yang harus dibayarkan dalam pengadaan 6 pesawat Sukhoi jenis Su 30 MK2 dari Rusia. Namun, selisih itu tidak besar dan dapat dipertanggungjawabkan.
"Ada selisih harga tetapi itu terjadi karena faktor eskalasi harga dan inflasi. Contohnya kalau kita beli makanan 2 tahun yang lalu dan sekarang beda. Itu tidak banyak, kecil sekali," kata Purnomo usai rapat di Kemenko Polhukam, Jakarta, Senin (5/3).
Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi II DPR TB Hasanuddin menduga ada broker yang bermain dalam pengadaan pesawat senilai US$470 juta ini. Pengadaan yang seharusnya dilakukan oleh Rosoboron Export sebagai perwakilan resmi Rusia di Jakarta, diserahkan kepada Perusahaan X. Akibatnya, negara dirugikan hingga US$50 juta.
Purnomo membantah tudingan ini. Menurutnya, pengadaan Sukhoi tersebut sudah sesuai prosedur. "Justru kita ingin tanya itu datanya dari mana. Kita dealnya dengan Rosoboron Eksport, tidak dengan yang lain. Itu agen resmi dari pemerintah Rusia," katanya.
Ketika ditanya berapa selisih harga antara pembayaran aktual dengan harga awal pesawat tersebut, Purnomo mengaku lupa. "Angkanya saya nggak ingat. Tetapi tidak ada kenaikan yang signifikan karena kita juga tidak bodoh. Kalau sampai melonjak sampai terjadi mark up, nggak ada itu," cetusnya.
Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono mengatakan tanggung jawab pengadaan berada sepenuhnya di Kemenhan. TNI AU sebagai user Sukhoi, kata Agus, hanya mengajukan rencana tender lewat TNI.
"Lalu TNI meneruskan ke Kementerian Pertahanan. Kemenhan lalu membentuk tim evaluasi pengadaan. Yang memutuskan Kementerian Pertahanan," katanya.
Dihubungi secara terpisah, Direktur Program Imparsial Al Araf mengatakan banyak kejanggalan dalam pembelian enam pesawat Sukhoi itu. Dalam analisanya, Imparsial mengatakan harga pesawat kemahalan dan proses pengadaan tidak wajar.
"Pertama, mengapa Kemenhan lebih memilih membeli Sukhoi dengan sumber kredit komersial, tidak menggunakan fasilitas state loan yang telah disediakan pemerintah Rusia sebesar US$1 miliar?" tanyanya.
Kedua, lanjut Al Araf, Imparsial juga mempertanyakan kenapa harga pembelian Sukhoi bisa mencapai US$470 juta-US$500 juta untuk enam unit.
"Sedangkan saat pengadaan tahun 2010, nilai pembelian Sukhoi dari produsen yang sama hanya berkisar US$55 juta. Jika harga kesepakatan adalah US$500 juta untuk enam Sukhoi, ini artinya harga satuan Sukhoi adalah US$83 juta," jelas Al Araf.
Selain itu, Al Araf juga mempertanyakan mengapa pemerintah menggunakan pihak ketiga dalam pengadaan ini. "Keterlibatan agen ini sebenarnya keluar dari semangat untuk proses pengadaan alutsista melalui mekanisme G to G?," katanya.
Sumber : MEDIAINDONESIA.COM
Habis Orruda Terbitlah Woomera
-
Diplomasi militer Indonesia beberapa pekan ini memperlihatkan kapabilitas
non bloknya. Angkatan Laut Indonesia baru saja menggelar latihan gabungan
denga...
1 minggu yang lalu